FARMAKOPOR
Farmakofor merupakan
deskripsi abstrak dari fitur molekul yang penting untuk rekognisi molekul ligan
berdasarkan fungsi makromolekul biologisnya.
Menurut (IUPAC), framakofor
merupakan ensembel fitur sterik dan elektronik yang diperlukan untuk memastikan
interaksi supramolekuler interaksi
yang optimal dengan struktur biologis target yang spesifik dan untuk memicu
atau memblok respon biologisnya. Farmakofor tidak
merepresentasikan kondisi nyata molekul atau asosiasi gugus
fungsional secara nyata, namun merupakan konsep abstrak yang
berhubungan dengan kapasitas interaksi molekuler secara umum dari kelompok
senyawa berkaitan dengan struktur targetnya. Farmakofor dapat didefinisikan
sebagai denominator umum terbesar yang ditunjukan oleh set molekul yang aktif.
Definisi ini menghilangkan kesalahan yang sering ditemukan pada literatur kimia
medisinal yang mengandung penamaan farmakofor fungsional kimia
sederhana seperti guanidin, sulfonamida atau dihidroimidazol (bentuk imidazolin), atau tipikal
struktural skeleton seperti flavon, fenotiazin, prostaglandin atau steroid.
Metode Pharmacophore adalah Metode molekuler
dan keragaman yang relevan dengan interaksi reseptor obat yang diperlukan untuk
banyak aplikasi desain obat yang dipasang oleh komputer (CADD). Bahkan,
peningkatan penggunaan kimia kombinatorial dan skrining highthroughput dalam
penelitian penemuan obat farmasi membutuhkan metode untuk desain dan analisis
yang mampu menangani sejumlah besar struktur dengan cepat, seringkali dengan
fleksibilitas konformasi yang relatif tinggi. Persyaratan desain dan analisis
ini mendorong kami untuk memperluas pekerjaan kami sebelumnya menggunakan
3-point pharmacophores2,3 untuk penggunaan farmakofor 4-point dan juga untuk
pengembangan metode yang secara internal referensi kesamaan / keragaman ukuran
relatif terhadap fitur khusus .
A. Preprasi Ligan
Preparasi Ligan. Struktrur 2D dari
struktur gendarusin A, gendarusin B, gendarusin C, gendarusin D dan gendarusin
E digambarkan pada program ChemBioDraw Ultra 11.0, terdapat berbagai macam
template struktur pada program tersebut, misalnya : template cincin aromatis,
cincin siklik, ikatan rangkap, dll., sehingga memudahkan peneliti untuk
menggambar struktur-struktur yang diinginkan.
Masing-masing struktur diatas kemudian dijadikan bentuk 3D menggunakan
program ChemBio3D Ultra 11.0. Program ini dapat digunakan untuk melihat bentuk
sterokimia senyawa dan mengatur bentuk senyawa yang paling stabil dengan cara
meminimalkan energi, seperti MM2, MM3, MMFF94, OPLS dll., tetapi yang sering
digunakan adalah metode MMFF94 (Allinger, 2010). Setelah memeroleh bentuk stereokimia
senyawa dan bentuk yang paling stabil, maka struktur tersebut disimpan dalam
bentuk file SYBYL.mol2, karena dalam bentuk file inilah yang dapat dibaca
program Molegro Virtual Docker dan digunakan untuk proses docking.
B.
Penentuan Sifat Kimia-Fisika
Ligan
Mengetahui apakah senyawa mampu
menembus membran biologis dan mempunyai permeabilitas yang baik, senyawa harus
memenuhi hukum lima dari Lipinski (Lipinski, 1997). Untuk itu, perlu dilakukan
penentuan sifat kimia-fisika senyawa menggunakan program ChemBioDraw Ultra
11.0.
Parameter sifat
kimia-fisika yang ditentukan adalah nilai log koefisien partisi oktanol-air
(logP), dan Calculated logP (ClogP) yang mempresentasikan sifat lipofilik,
Molar Refracticity (MR) dan Calculated MR (CMR), yang mempresentasikan sifat
sterik, dan berat molekul (BM)
C.
Docking analisa farmakopor
Docking dan Analisis Asam Amino.
Docking dan analisis asam amino dapat dilakukan menggunakan program Molegro Virtual
Docker, dan semua tahapan menggunakan bentuk gambaran 3D. Ada beberapa langkah
proses docking, yaitu: (1). Mengunduh reseptor dari situs Protein Data Bank.
Reseptor yang diunduh harus mengandung ligan. (2). Menambahkan atom H pada
reseptor (karena reseptor yang diunduh dihilangkan) dan memperbaiki protein
reseptor yang diunduh, apabila ada kesalahan/kekurangan asam-asam amino yang
ada. Tahap ini biasanya dilakukan secara otomatis oleh program komputer. (3).
Deteksi posisi pada reseptor, tempat obat akan terikat (berinteraksi). Tempat
tersebut berupa lubang-lubang (cavities) pada struktur reseptor. (4).
Meletakkan struktur 3D senyawa ke dalam lubang terpilih. Ada beberapa cara
untuk meletakkan struktur senyawa dalam lubang, dalam program Molegro Virtual
Docker dilakukan dengan cara “allign” yaitu menempelkan tiga atom senyawa ke
tiga atom yang sama pada ligan yang ada pada reseptor. Atom yang terpilih
umumnya adalah atomatom pada gugus farmakofor. (5). Melihat gambaran (view)
posisi senyawa dalam lubang reseptor (cavities). Ada beberapa gambaran untuk
melihat lingkungan senyawa, antara lain: gambaran hidrofobik, itu untuk melihat
lingkungan hidrofobik senyawa, gambaran elektronik, untuk melihat lingkungan
elektronik senyawa, dan gambaran ikatan H senyawa dan reseptor. Asam-asam amino
yang terlibat pada proses interaksi obat-reseptor dan gugus-gugus farmakofor
dapat dilihat dari gambaran ikatan H senyawa dan reseptor. (6). Melakukan
docking senyawa pada reseptor, yang dilakukan secara otomatis dengan program
Molegro Virtual Docker. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah
pemilihan senyawa yang didocking dan cavity tempat obat akan berinteraksi.
Parameter yang diukur dalam proses doking adalah nilai energi yang terlibat,
berupa MolDock Score, Rerank Score, dan Hbond, serta nilai RMSD (Root Mean
Square Deviation). Untuk mengukur kekuatan ikatan obat-reseptor, parameter yang
sering digunakan adalah nilai Rerank Score (Manual Molegro Virtual Docker,
2010).
1. Apakah fungsi farmakopor ?
2/ apakah setiap senyawa memiliki farmakopor yang sama ?
3. Bagaimana cara identifikasi Farmakopor ?
4. sebutkan faktor yang dapat mempengaruhi identifikasi farmakoper ?
2/ apakah setiap senyawa memiliki farmakopor yang sama ?
3. Bagaimana cara identifikasi Farmakopor ?
4. sebutkan faktor yang dapat mempengaruhi identifikasi farmakoper ?
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Allinger NL, 2010, Molecular
Structure Understanding Steric and Electronic Effects from Molecular Mechanics,
Hoboken : John Wilwy & Sons, Inc., 51, 311-312
2. FL,
Williamson G, 2009. The C-glycosyl flavonoid, aspalathin, is absorbed,
methylated and glucuronidated intact in humans. Mol. Nutr. Food Res. Vol. 53,
p. 1104 – 1111
3. Istyastono
EP, 2011. Peran Komputer dalam Penemuan Obat.
http://www.komputasi.lipi.go.id/utama.cgi?cetaka rtikel&1324087835 diakses
pada tanggal 27 Januari 2014
4.
Lipinski CA, Lombardo F, Dominy
BW,Feeney PJ. 1997. Experimental and computational approaches to estimate
solubility and permeability in drug discovery and development settings. Adv.
Drug Deliv. Rev. 23, 3-25. Manual Molegro Virtual Docker, 2010
Artikel yg bermanfaat. Terimakasih informasinya
ReplyDeletese,moga dapat deterapkan dalam kehidupan sehari haru
DeleteArtikelnya bermanfaat ,
ReplyDeleteTerima kasih banyak
e,moga dapat deterapkan dalam kehidupan sehari haru
Deleteapakah setiap senyawa memiliki farmakopor yang sama ?tentu saya berbeda tergantung zat aktif nya
ReplyDeletesetiap senywa memiliki farmakopr yang berbeda
DeleteFarmakofor merupakan deskripsi abstrak dari fitur molekul yang penting untuk rekognisi molekul ligan berdasarkan fungsi makromolekul biologisnya.
ReplyDeletefarmakopheere adalah bentuk 3 D dari sisi akrif suaatu senywa
Deletehay bernike saya akan mejwab fungsi farmakopor adlah memudah identifasi pengembangan dari suatu lead coumpund untuk mendapatkan efektifitas obat yang baik dengan toksisitas yang minimal
ReplyDeletehay bernike saya akan mejwab fungsi farmakopor adlah memudah identifasi pengembangan dari suatu lead coumpund untuk mendapatkan efektifitas obat yang baik dengan toksisitas yang minimal
ReplyDeleteFarmakofor merupakan deskripsi abstrak dari fitur molekul yang penting untuk rekognisi molekul ligan berdasarkan fungsi makromolekul biologisnya.
ReplyDeleteFarmakofor merupakan deskripsi abstrak dari fitur molekul yang penting untuk rekognisi molekul ligan berdasarkan fungsi makromolekul biologisnya. Menurut (IUPAC), framakofor merupakan ensembel fitur sterik dan elektronik yang diperlukan untuk memastikan interaksi supramolekuler interaksi yang optimal dengan struktur biologis target yang spesifik dan untuk memicu atau memblok respon biologisnya. Farmakofor tidak merepresentasikan kondisi nyata molekul atau asosiasi gugus fungsional secara nyata, namun merupakan konsep abstrak yang berhubungan dengan kapasitas interaksi molekuler secara umum dari kelompok senyawa berkaitan dengan struktur targetnya. Farmakofor dapat didefinisikan sebagai denominator umum terbesar yang ditunjukan oleh set molekul yang aktif. Definisi ini menghilangkan kesalahan yang sering ditemukan pada literatur kimia medisinal yang mengandung penamaan farmakofor fungsional kimia sederhana seperti guanidin, sulfonamida atau dihidroimidazol (bentuk imidazolin), atau tipikal struktural skeleton seperti flavon, fenotiazin, prostaglandin atau steroid.
DeleteHai Bernike, Artikel yang sangat bermanfaat.
ReplyDeletesaya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1, yaitu Fungsi farmakofor adalah:
1. Mendifinisikan gugus penting yang berikatan dengan reseptor
2. Menentukan struktur 3 dimensi dari suatu molekul
3. Untuk mengetahui komformasi aktif
4. Penting untuk desain Obat
5. Penting untuk menemukan obat baru.
selain itu dapat mempermudah dalam dlam menentukan modifikasi menurukan toksisitas senywa
DeleteHai Ike , saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1, yaitu Fungsi farmakofor adalah:
ReplyDelete1. Mendifinisikan gugus penting yang berikatan dengan reseptor
2. Menentukan struktur 3 dimensi dari suatu molekul
3. Untuk mengetahui komformasi aktif
4. Penting untuk desain Obat
5. Penting untuk menemukan obat baru.
selain itu dapat mempermudah dalam dlam menentukan modifikasi menurukan toksisitas senywa
ReplyDelete